Amanat Agung

Senin, 25 Mei 2015

0 komentar
Kebangkitan Salibis dalam Panggung Politik Indonesia, terutama dalam menggayut diri dalam ayunan PDIP, menjadi alamat gerakan Kristenisasi yang paling jitu. Karena selama dengan wadah dan partai sendiri, tidak memungkinkan kristen mencapai maksud yang diinginkan. Tetapi PDIP menjadi media paling mudah bagi anggota legislatif non muslim mencapai tujuan.

Puluhan orang Legislatif non muslim di PDIP, memang berasal dari salibis.Kristen memandang perlu mencari partai yang bisa memudahkan langkahnya sebagai medianya, diantara partai yang lebih memungkinkan mencapai tujuan adalah PDIP yang berideologi Marhenis, menjadi tolak ukur perjuangan menyampaikan pesan pesan Yesus kerakyat Indonesia. Karena memang Amanat Agung tersebut diarahkan pada politik yang dipandang lebih tepat mengantar misinya mencapai tujuan.

PDS yang pernah dikelolahnya tak membuahkan hasil optimal, untuk meraih cita sesuai maksud dan tujuan kritenisasi, sehingga harus mencari jalan menuju rekontruksi kristenisasi yang bonafid, terutama dengan cara bergabung dalam partai partai apa saja yang memungkinkan bisa menerima kehadirannya. Terlebih di PDIP, porsi kristen ini lebih menuai hasil gemilang, paling tidak bisa bersaing dengan non muslim, walaupun termasuk kelompok minoritas, ternyata suaranya cukup membuat muslim tersipu.

Sedangkan perjuangan kristenisasi lewat partai politik itu dipandang sah sebagai proses tercepat menuju “Amanat Agung”, karena legislatif adalah penentuk segala kebijakan terutama dalam menentukan terobosan kristenisasi yang lebih efektik dan menjangkau sasaran. Itulah sebabnya jalan pentas menuju amanat Agung disesuai dengan peta demokrasi dinegara negara tertentu, pakah porsi kristen memuaskan atau tidak. Barulahkan langkah terakhir mereka harus mampu punya kampling dalam partai partai tujuan mereka, guna mengantara langkah dramatis yang akan dilakukannya.

Pandangan Kristen untuk menguasai legislatif ini berangkat dari fitur fitur yang ada dalam alkitab yang menjadi amanat Agung kristenisasi semesta [dalam segala bidang]. Juga didasarkan pada biaya besar besaran yang dilakukan pihak pendukung Amanat Agung, seperti negara Paman Sam, yang menyediakan dana dalam menciptakan ruang gerak kristen dalam berbagai negara agar lebih leluasa bergerak, terutama Indonesia.

Pendeta Dr. Martin Sinaga, dosen Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta.

Dalam artikel di majalah Pantau, dia menyatakan bahwa Kristenisasi bukan ilusi dan itu sungguh-sungguh terjadi. "Pada awalnya misi Kristenisasi dibebani oleh pemerintah kolonial yang didukung Belanda, tapi kurang berhasil. Selanjutnya, misi ini dibebani oleh negara-negara terutama Amerika Serikat, yang sulit dipungkiri punya media dan uang untuk melancarkan misionari itu," ujar Pendeta Martin Sinaga dalam wawancara dengan majalah Pantau.

Ini menunjukkan ancaman kristenisasi terhadap Islam bukan main main, motivasinya tinggi untuk membumi hanguskan keyakinan Islam di negeri ini. Mereka bukan tanpa tumpuan dana, melainkan telah melahirkan donatur donatur dari berbagai negara pendukung Amanat Agung”.

Gerakan kristenisasi yang dicanangkan mereka berangkat dari tangan tangan asing yang sangat kuat mencengkram akarnya, dalam artian ada ikatan batin antar kelompok kristen dalam rangka mensuksesakan rencana rencana pemurtadan. Disamping mengerahkan pakar pakar pemurtadan, baik melalui konsep serangan terhadap aqidah aqidah Islam, atau melalui cara fantastis yang di lakukan mereka.

Pada tanggal 12 sampai 16 Mei tahun 2003 bertempat di gelora Bung Karno Senayan dengan tajuk pemulihan bangsa dengan mendatangkan para pendeta, evengelis dan juga tokoh-tokoh Kristen dunia dan dihadiri tidak kurang dari 80.000 orang Kristen dan 10.000 pemimpin Kristen dari berbagai Negara. Dan acara ini sempat menghebohkan umat Islam Indonesia dengan pemberkatan (pembaptisan) yang dilakukan kepada Gus Dur yang saat itu menjabat Presiden RI di mana dia juga memberikan sambutan, serta menyambut baik gerakan transformasi ini, dan pada tahun 2005 dicanangkan sebagai genderang awal gerakan transformasi dimulai. Kegiatan ini terus dilakukan setiap tahunnya dan pada tanggal 25 -28 Oktober 2011 yang lalu bertempat di JHCC Sentul Bogor, diadakan acara serupa dengan menghadirkan 4000 para misionaris dan juga pendeta se-Asia yang juga dihadiri dihari terakhir acara 10.000 orang Kristiani untuk diberkati

Keterangan tersebut memastikan lajunya kristenisasi di indonesia melajut pesat, menuju sasaran sasaran yang dipandang empuk untuk di mangsa. Lembaga lembaga gereja menerjungan ribuan misionaris keberbagai daerah, bertujuan memurtadkan umat Islam yang ada di daerah daerah. Tentenya beda dengan para kyai yang meminpin pondok pesantren, misionaris kristen yang berjumlah lebih dari empat ribu orang pada tahun 2011, adalah jaringan pemurtadan yang menguasai berbagai bidang kemasyarakatan, bahkan kemampuan kyai kyai Islampun dikuasainya, sehingga menggunakan kemampuan itu sebagai media komunikasi dengan tokoh tokoh masyarakat Islam, yang ujungnya menjadi modal pemurtadan

Di sektor politik telah disinggung oleh seorang politisi kristen tentang usaha mereka merebut istana Negara yang rencana mencuat pada saat LB Murdani menjadi “Panglima Abri” , dengan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, pernah menghujani umat Islam Tanjung Priok dengan peluru mematikan., korbannya cukup fantastis, ratusan orang mati tidak diketahui jejaknya. Mungkin umat Islam pernah diebohkan dengan terorisme Amrozi dan kawan kawannya, tetapi umat Islam justru lupa dan sengaja dilupangan dengan peristiwa mngerikan di tanjung Priok itu tahun 1984.

Otak peritiwa berdarah tanjung priok adalah LB Murbani selaku panglima ABRI Waktu itu, tidak pernah menunjukkan rasa teganya dari anak bangsa beragama Islam, dengan ambisi dan nalar naluri gerejani kibiyah yang agresor, LB Murdani menjadi komando tertinggi pembunuhan umat Islam tak berdosa, bahkan seorang anak buahnya dengan penghinaan luar biasa, menuju ruang dalam mesjid dengan sepatu botnya, jenderal itu beranggapan mesjid sama dengan gereja, yang tak perlu membuka sepatu najisnya.

Dari berbagai karakter LB Murdani bercita menguasai Istana, tertuang dalam buah pikiran Kivlan Zen yang menggambarkan “Otak Nakal LB Murdani selama hidupnya”. Dan telah menjadi tumpuan kristen dan kebangkitannya yang di mulai dari perebutan kekuasaan dan fitnah Subversif yang dituduhkan pada tokoh Islam . dalam penghancuran karakter Islam yang dilakukan LB Murdani ada pula Wiranto didalam sebagai kesatuan LB Murdani, orang terpercaya LB Murdani, seorang muslim yang menjual kehormatannya kepada kristen.

Menyongsong 2020 Salibiyah Indonesia

2020 target dari puncak usaha kristenisasi bukan mustahil, ketika Jokowi meninggalkan solo dengan memimpin Jakarta. Orang awam berpikir Jokowi tetesan malaikat, gereja menyimpulkan Jokowi jelmaan Yesus, terutama web Sarapan Pagi salibiyah membesaer besarkan Jokowi sebagai kepanjangan tangan Yesus yang berusaha memenangkan perang Salib di Indonesia. Semua pengamat Kristen menyatakan Jokowi malaikat mereka yang bisa mempercepat proses kristenisasi di Indonesia.

Kontruksi bangunan yang dirancang kristen ini sangat rapi dan berlapis lapis kekuatannya, untuk menghilangkan jejak kalau Jokowi bukan boneka Kristen dan salibiyah lainnya, yang sama sama patuh pada amanat Agung sebagaimana menjadi acuan pergerakan pemurtadan di tanah Air.

Isi amanat agung mengisyaratkan, seluruh dunia harus berada di bawa iman kristen, menerima kristen sebagai pandangan keimanan. Itu dipasarkan mereka diatas dalil sisipan yang disisipkan mereka dalam alkitab : “Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dengan nama bapak dan anak dan roh kudus, [20 ]dan ajarlah mereka melakukan segalah sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu ,” [Matius 28 : 19-20]. Sebenarnya ini ayat sisipan sebagaimana penjelasan ahli injil bahwa ayat matius ditutup berakhir di bab 28.[ Hugh J. Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, dalam bukunya The Original New Testament, mengatakan sebagai berikut:

“This (Matthew 28:15) would appear to be the end of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew 28:16-20) from the nature of what is said, would then be a latter addition”

“Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup Injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian.” Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvard, dalam bukunya The Five Gospels] Entah dari mana datangnya ayat ayat aneh yang didoktrinkan kristen sebagai jembatan penghancuran dan perang melawan agama selain kristen. Amanat yang sebenarnya sangat membahayakan peradaban dan dialektika penduduk dunia. Karena harus berada dalam satu doktrin kristenisasi yang paling tidak beradab, pemaksaan kehendak dan pembunuhan karakter.

Sudah menjadi tekad misi kristen dunia dalam global mission (misi global dunia) untuk menjauhkan dan memurtadkan ummat Islam dari agamanya, karena niat itupun telah Allah SWT peringatkan kepada kita didalam firmannya dalam surat Al- Baqarah ayat 120 dan 217 : “Tidak akan merasa senang dan rela orang-orang kafir baik Yahudi dan Nasrani kepada kalian (orang-orang Islam) sebelum kalian (orang-orang Islam) mau untuk mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah ayat 120)

“Mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani akan selalu memerangi kalian orang-orang Islam sampai mereka dapat memalingkan dan mengembalikan kalian dari agama kalau sekiranya mereka mampu.” (Al-Baqarah ayat 217)

Salah satu negeri yang menjadi sasaran dan target utama Kristenisasi dan pemurtadan adalah Indonesia, yang secara kuantitas adalah penduduk dengan jumlah Muslim terbesar di dunia,dan bagi mereka (misionaris) keberhasilan mengkristenkan Indonesia, merupakan barometer keberhasilan mereka mengkristenkan dunia.

JOKOWI REPRESENTATIF KRISTENISASI

Kalau membaca sosok Jokowi tak bisa dilepaskan dari naluri kristenisasi, atau memang jembatan Jokowi [muslim yg tak jelas imannya, karena menggadaikan imannya pada non muslim, menyenangkan dan menenangkan non muslim sebagaimana yg terjadi di Solo, tentunya bukan tanpa rencana matang Jokowi dan timnya meninggalkan warisan kepemimpinan di kota solo kepada seorang non Muslim yang kuat prinsipnya membela kepentingan gereja. Kayaknya bukan alasan karena Basuki [Ahook] itu bentuk kerja sama antara PDIP dan Garindra, tetapi memang watak jokowi yang lebih cendrung agitatif bila bisa bersahabat dengan non Muslim, apalagi bila dilihat dari besarnya dana, dan dukungan kristenisasi merupakan bisnis politik yang dilatar belakangi pemurtadan.

Salah satu gebrakannya adalah memperkenalkan sosok Susan, guna melahirkan sikap intoleransi di kalangan mayoritas Islam di lenteng agung, agar terjadi kekacauan di ibu kota negara, lagi lagi Islam kelak yang akan di tumbalkan sebagai pelakunya. Terlebih HAM dunia itu lembaga aduan kristen tertindas, bukan lembaga manusia tanpa jenis agama. Karena Ham hanya digunakan untuk menghukum Islam.

Kristenpun mulai berani mengacak ngacak Mayoritas dan dengan tegas menolah putusan Departemen dalam Nageri dengan sikap: “Jangan sampai urusan agama dibawa-bawa ke sana,” kata Jokowi.

“Perlawanan” terhadap himbauan Mendagri pun juga dilakukan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang kecipratan popularitas Jokowi, dan mengaku putra ideologis Bung Karno itu.

Usai menyampaikan pidatonya pada Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2013, dengan berapi-api Ahok menyatakan sikapnya. “Kami akan tetap pertahankan Lurah Susan. Kami tidak akan geser dia karena masalah SARA dan persaingan di dalam. Kita hidup di negara Pancasila. Pengangkatan dan pemberhentian kami pertimbangkan berdasarkan prestasi,” ujar Ahok

Ini politik Kristenisasi yang luar biasa, dengan mengendarai nasionalisme menebas orang berbicara SARA, tetapi menimbulkan konsumsi SARA. Benar benar sebuah gebrakan kristenisasi yang paling mudah mengalihkan alasan pemurtadan yang sebenarnya.

Berbeda dengan Jakarta, Di Solo Jokowi berikan 71% lebih dana sosial ke umat Kristen, di Solo Kristen berkembang. Walikota Solo, Joko Widodo, memiliki perhatian besar terhadap kelompok minoritas yang ada di daerah yang ia pimpinnya. Hal itu terungkap dari alokasi dana bantuan sosial Pemerintah Kota Solo. Kristen Kota Solo lebih terhormat di mata Jokowi, sehingga tak merasa Sulit mengucurkan dana besar kepada mereka.

“Bantuan itu lebih banyak diberikan kepada pihak nonmuslim, sebesar 71,88 persen dari anggaran Rp 4,7 miliar. Itu ada untuk ormas, sekolah,” ujar pengamat sosial-politik Mustofa B. Nahrawardaya dikutip rmol.com, Rabu (15/8).

Sementara untuk kalangan Islam, alokasi dana bansos hanya sebesar 28,12 persen. “Itu data anggaran Bansos yang dilaporkan ke DPRD Solo dari Januari sampai Desember tahun 2009. Saya hanya mengambil samplenya saja. Kan satu periode ada lima tahun,” ungkapnya.

Mustofa mengungkapkan itu kemarin dalam acara Indonesia Lawyers Club di TVOne. Saat itu, Mustofa mengakui menimpali pernyataan Ketua Forum Umat Islam Al Khaththath yang menyebutkan, bahwa kalau yang jadi pemimpin itu orang Islam, umat non mslim itu akan diperhatikan.

“Jadi itulah kehebatan orang Islam. Sudah betul itu Jokowi. Di Solo kan, umat Kristen minoritas, dikembangkan oleh Jokowi. Makanya sekarang berkembang. Jadi jangan hanya yang mayoritas (yang diperhatikan),” tandas Mustofa. Alasan yang tidak masuk akal dan tak sesuai porsi keadilan, tetapi lebih pada sikap berlebihan dalam rang membunuh karakter umat Islam.

JUMLAH UMAT ISLAM SOLO 72 %, TAPI HANYA MENDAPAT BANTUAN DANA SOSIAL 28 % ! PADAHAL MASIH BANYAK UMAT ISLAM YANG MISKIN.. INIKAH KEADILAN JOKOWI ?. padal masyarakat islam Solo selama pemerintahan Jokowi, berada dalam kubangan kemiskinan, namun pandangan bapak tiri seorang jokowi. Sebatas mengenyangkan cukong cukong kristen.

Di Jakarta Jokowi sebagai capres, awalnya mendapat dukungan Ahook, namun entah mengapa Ahok, wakilnya itu menarik dukungannya dari Jokowi, tentu tak lepas dari politik yang dikendarai Ahok, meskipun Ahok dan gereja di Jakarta pernah menyuarakan dukungannya kepada “Jokowi” mencapres.

Dukungan Kristen : DUKUNGAN kalangan Kristen (Protestan dan Katolik) terhadap Jokowi untuk menjadi Presiden Indonesia 2014-2019 dilakukan secara terbuka, bahkan sangat menggebu-gebu, sehingga terkesan melampaui batas kepatutan. Pada 29 April 2014, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) yang merupakan induk gereja Protestan di Indonesia, bersama sejumlah LSM pengusung isu HAM, membuat pernyataan yang menolak pencapresan Prabowo Subianto. Dengan mengatasnamakan “Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu Berkualitas (GKPB)”, mereka mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak memilih Prabowo.

Dari kalangan Katolik, sebuah dukungan terbuka terhadap Jokowi disuarakan oleh pastor Aloysius Budi Purnomo, melalui artikel berjudul “Jesus, Jokowi, dan Keselamatan Rakyat” di Harian Sinar Harapan (http://sinarharapan.co/news/read/140417053/Jesus-Jokowi-dan-Keselamatan-Rakyat, 17/4/2014). Artikel Aloysius ini segera memicu kontroversi yang luas. Itu karena Aloysius membenarkan adanya sejumlah persamaan antara Jokowi dan Jesus, dengan menggunakan perspektif teologi Kristen.

Benar benar gila, Jokowi adalah Yesus ? wow wow mungkinkah tuhannya orang kristen sudah menjelma jadi seorang “Jokowi”, reinkarnasi ala kristen, dalam rangka memenangkan Jokowi, jadi presiden, padahal tujuannya sebenarnya adalah akal bulus mereka, agar seorang Ahook di jantung Indonesia, Jakarta bisa menjadi seorang Gubenur, duduk dikursinya Joko Widodo yang sedang mengikuti irama kutu loncat. Itulah fakta kristenisasi model jokowi yang beragama islam tak ada bedanya dengan seorang pendeta yang makan tiwul di pesisir pantai Jawa selatan.

Uskup Agung Jakarta dan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Ignatius Suharyo juga telah mengajak seluruh umat nasrani menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2014 untuk memilih pemimpin yang bisa membawa transformasi bangsa ke arah yang lebih baik di segala bidang. Ini menunjukkan “Transformasi” yang dimaksud itu adalah “Jokowi”, bahkan Yesus yang digembalakan gerejani untuk manaikkan Ahok menjadi kursi 1 DKI. ( koepas.org )

Kemenangan PDIP Sekaligus Kemenangan Katolik dan Protestan - Sekali mendayung, dua wilayah dikuasai. Agaknya itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan hasil Pilkada DKI Jakarta. Kemenangan bagi PDIP sekaligus kemenangan kaum Nasrani, baik Katolik maupun Protestan.

Betapa tidak, dalam sekali momen pemilihan kepala daerah, akhirnya mereka bisa menguasai dua daerah sekaligus. Provinsi DKI Jakarta dan Kota Solo, Jawa Tengah. Di Jakarta mereka berhasil menempatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok seorang Protestan fundamentalis sebagai Wakil Gubernur, sementara di Solo mereka berhasil menaikkan seorang aktivis Katolik yang sebelumnya menjawab Wakil Wali Kota menjadi Wali Kota, Franxiscus Xaverius Hadi Rudyatmo.

Berdasarkan UU No 8 Tahun 2005 dan PP No. 6 Tahun 2005, Jokowi bisa melenggang ke Jakarta dengan syarat diberhentikan dulu sebagai walikota Solo. Jika proses administrasi pemerintahan di DPRD dan pemerintahan pusat lancar, maka posisi pucuk pimpinan di Kota Solo akan diisi Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo.

Siapakah Fransiscus Xaverius Hadi Rudyatmo? Lelaki yang akrab dipanggil Rudi ini lahir di Solo, 13 Februari 1960. Ia merupakan kader tulen PDIP, penganut Katolik. Saat ini, ia menjadi Ketua DPC PDIP Surakarta.

Karier politik Rudi diawali sebagai anggota LPMK Pucangsawit, Jebres, Surakarta. Setelah aktif di partai, lulusan SMA ini terpilih menjadi anggota DPRD Surakarta periode 2004-2009. Kemudian ia mundur karena berpasangan dengan Jokowi pada pilkada 2005 silam.

Selain berpartai, suami Endang Prasetyaningsih ini juga aktif di dunia olahraga dengan menjadi Ketua Umum Persis dan PSSI Surakarta.

Apakah Rudi siap menggantikan posisi Jokowi? "Jika amanah demokrasi dan partai mewajibkannya, mengemban tugas apapun ya harus siap asal sesuai perundang-undangan yang berlaku," kata Rudi seperti dikutip detikcom, Kamis (20/9/2012).

FX Hadi Rudyatmo menyatakan, jika nantinya Jokowi benar-benar mendapat amanat menjadi Gubernur DKI Jakarta, maka partai pengusung (PDIP, Partai Gerindra, PKB, PKPB, PKPI, PDP, PAN, PKS, serta PDS) akan mengirim surat ke DPRD soal pengunduran diri Jokowi. Sesuai UU, maka posisinya digantikan wakilnya.

"Karena masa jabatan lebih dari 18 bulan, maka sesuai UU, partai pengusung mengajukan dua orang untuk dipilih sebagai Wakil Wali Kota," katanya.

Masa jabatan Jokowi-Rudy sebagai Walikota dan Wakil Walikota Solo, baru akan berakhir 2015 mendatang. Rudy pun tak menutup kemungkinan akan maju sebagai calon wali kota pada pemilu mendatang. “Kalau dari masyarakat dan partai menghendaki ya saya siap" tambahnya.

Sementara Ketua DPRD Surakarta YF Sukasno masih enggan memperkirakan kemungkinan kemungkinan ke depan. Bagi dia, hasil perhitungan quick count tidak bisa dijadikan acuan sikap kelembagaan. Karena itu, DPRD akan menunggu hingga hasil resmi perhitungan KPUD. "Hasil penghitungan cepat kan masih bersifat sementara," kata Sukasno.

Dalam berbagai kesempatan, Jokowi sendiri belum pernah menyampaikan skenario atau rencana jika dirinya terpilih atau tidak terpilih dalam Pilgub DKI Jakarta. Dia lebih memilih bersikap menunggu hasil.

Pro non-muslim?

Sudah jadi rahasia umum, jika non-muslim mempimpin suatu wilayah ia akan mengambil kebijakan yang sangat menguntungkan bagi kaumnya. Di Solo misalnya, karena wakil Jokowi adalah seorang Kristen, maka dana bantuan sosial (bansos) terbesar juga diberika pada kalangan Kristen. Pun demikian fakta yang terjadi di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kabupaten Kepualauan Mentawai di Sumatera Barat. Di daerah-darah tersebut, meski umat Islam mayoritas (kecuali di Mentawai) nasib mereka sangat tidak baik.

Menurut pengamat sosial-politik, Mustofa B Nahrawardaya, kalangan Kristen di Solo pada tahun Anggaran 2009 bisa menikmati 71,88 persen dari anggaran Rp4,7 milyar. Sementara umat Islam hanya mendapat sisanya. Padahal Solo yang berpenduduk lima ratus ribu jiwa itu mayoritas adalah umat Islam.

Karena itu mari kita saksikan bagaimana kondisi DKI Jakarta dan Kota Solo ke depan. Apakah Jakarta, kota yang namanya disematkan oleh seorang ulama, Fatahilah, dari ayat al-Quran "fathan mubina" yang dijadikan Jayakarta, terus menjadi kota Islam dengan masyarakatnya yang relijius atau kelak menjadi seperti Kota Manila atau Singapura, yang jejak Islamnya benar-benar hilang. Apapun yang terjadi semua itu diakibatkan ulah umat Islam sendiri. ( suara-islam.com )